Monday, January 18, 2016

China siap kirimkan pasukannya untuk melawan ISIS bersama Rusia


Tiongkok diperkirakan akan segera ikut serta untuk memerangi kelompok teroris ISIS di Suriah, dan dengan demikian menambah armada bantuan untuk militer Rusia yang sudah lebih dahulu bertempur disana. Demikian dilaporkan oleh The Washington Times.

Media AS tersebut pada hari Rabu (13/1) mengabarkan bahwa alasan Tiongkok untuk ikut serta dalam pertempuran tersebut karena khawatir atas semakin banyaknya warga negara Tiongkok yang bergabung menjadi anggota ISIS, yang mana sudah dicekal oleh banyak negara di dunia.

“Pertanyaan sebenarnya dalah di pihak manakah mereka akan berada,” demikian pernyataan dari seorang pejabat Departemen Pertahanan AS seperti dikutip oleh The Washington Times. Hal ini mengindikasikan bahwa Beijing kemungkinan besar akan bergabung dengan pasukan koalisi Rusia untuk memerangi ISIS dan pasukan oposisi, alih-alih bergabung dengan pasukan koalisi AS yang memerangi pasukan pemerintah Bashar al-Assad.

ISIS, yang kini dijuluki sebagai “Daesh” oleh media-media di Barat, telah menaklukkan sebagian besar daerah di seputar Suriah dan Irak dan dikenal akan tindakan kekerasannya yang kerap tak memperhatikan sikap manusiawi. ISIS juga baru-baru ini mengklaim banyak terror di berbagai negara, termasuk serangan 13 November di Paris, dan serangan yang baru saja terjadi Kamis kemarin di Jakarta.

ISIS dikenal karena mampu menggoda banyak anak-anak muda dari seluruh dunia untuk bergabung menjadi anggotanya dengan cara menyebar propaganda lewat jejaring sosial dan video di internet.

Pasukan koalisi AS mendukung pihak oposisi yang ingin menjatuhkan pemerintahan Assad, dan sudah memerangi ISIS di Suriah dan Irak sejak September 2014. Sedangkan Rusia yang condong mendukung pihak pemerintah Suriah dan berseberangan dengan oposisi, telah bertempur melawan ISIS sejak September 2015.

Saturday, January 16, 2016

Lion Air tunda penerbangan Solo-Jakarta karena ada bom


Lagi, gara-gara ulah penumpang, sebuah pesawat harus menunda keberangkatannya. Kali ini kembali terjadi di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo. Seorang penumpang mengaku membawa bom dalam tasnya yang di simpan di dalam kabin.

Informasi yang dihimpun menyebutkan pesawat Lion Air JT53R tujuan Jakarta harus menunda keberangkatannya gara-gara ada seorang penumpang bernama Abdul Ramadhan yang berteriak membawa bom.

Bahkan pesawat yang sudah siap take off harus menurunkan penumpangnya untuk melakukan screen ulang. Sedangkan penumpang yang membuat ulah, langsung diamankan pengaman bandara dan TNI-AU.

Asisten Manajer Operasional Bandara Internasional Adi Soemarmo, Rini Sri Rahayu membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan pelaku saat ini sedang menjalani pemeriksaan di bandara. Pesawat Lion Air tujuan Jakarta, kata Rini seharusnya diberangkatkan dari Adi Soemarmo pada pukul 20.00 WIB.

"Iya benar mas, ini orangnya sedang diperiksa oleh TNI AU. Kami tidak mau kecolongan, dan penumpang kembali menjalani sterilisasi," ujar Rini kepada merdeka.com saat dikonfirmasi, Sabtu (16/1).

Hingga saat ini proses pemeriksaan ulang terhadap penumpang dan barang masih berlangsung. Sedangkan Abdul Ramadhan masih menjalani pemeriksaan petugas TNI AU.

Sebelumnya, Dony Boscho Deikme (29), penumpang pesawat carteran Air Fast dengan kode penerbangan FS 231 jurusan Halim-Solo-Makassar-Timika, diamankan petugas keamanan Bandara Adi Soemarmo, Solo Rabu (30/12).

Warga Wamena, Papua tersebut membuat ulah hingga menyebabkan kepanikan penumpang lainnya. Dia mengaku membawa bom yang bisa mengancam penerbangan dan keselamatan penumpang lainnya.

"Ia mengatakan membawa bom saat kami periksa di ruang check-in sebelum masuk ke dalam pesawat," ujar Komandan Lanud Adi Soemarmo, Kolonel Nav Agus Priyanto saat menggelar konferensi pers.

Friday, January 15, 2016

Prediksi harga tas dan sepatu yang digunakan Polisi di Sarinah


Aksi terorisme baru saja mengguncang warga Jakarta. Peristiwa mencekam berupa pelemparan bom dan baku tembak terjadi di pusat Kota Jakarta, tepatnya area Sarinah, Thamrin.

Kepolisian telah mengonfirmasikan bahwa ISIS berada di balik teror mencekam tersebut. Sebanyak 7 orang yakni 5 orang pelaku teror, seorang warga negara Kanada dan seorang warga negara Indonesia meninggal akibat serangan aksi tersebut.

Berbagai aksi penumpasan terorisme oleh aparat keamanan diabadikan dalam jepretan foto karya masyarakat maupun hasil jurnalistik. Di tengah mencekamnya kondisi Jakarta pada Kamis (14/7), ternyata perhatian masyarakat tidak hanya fokus pada kondisi mencekam dan aksi aparat saat itu.

Beredar satu foto yang menunjukkan aksi pengintaian aparat Kepolisian yang hendak mencari celah melumpuhkan pelaku teror. Tatapan mata para pecinta barang-barang dengan merek ternama langsung tertuju pada hal lain. Alih-alih memperhatikan jepretan aksi petugas keamanan, sebagian mata justru tertarik menelisik sepatu dan tas yang digunakan kedua polisi dalam foto tersebut.

Apabila kedua petugas kepolisian itu benar menggunakan sepatu dan tas merek ternama, maka model dan merek tas yang digunakan serupa dengan ransel bermerek Coach, sepatu merek Adidas dan sneakers merek Gucci.

Bintang Alzeyra (36) seorang Personal Shopper asal Indonesia yang menetap di Austria sejak tahun 2005 dan hampir enam tahun menekuni bidang Personal Shopper mengonfirmasikan merek-merek tersebut.

"Coach tasnya, Gucci Sneakers, sama Adidas Sneakers Camouflage," kata Bintang kepada media, Jumat (15/1).

Untuk harga, barang-barang tersebut termasuk 'wah'. Bintang merinci sebuah tas bermerek Coach dengan model serupa yang digunakan polisi tersebut, seorang konsumen harus merogoh kocek senilai 272 euro atau sekitar Rp 4.080.000 (kurs Rp 15.000 per euro) per item.

"Kalau Gucci Sneakers kisaran 450-595 euro, pastinya enggak tahu, soalnya modelnya enggak ada lagi di butik. Kalau Adidas Sneakers Camouflage 90 euro," papar Bintang.

Dengan demikian, kisaran harga Gucci Sneakers apabila dikonversi dalam rupiah sekitar Rp 6.750.000 hingga Rp 8.925.000 (kurs Rp 15.000 per euro) per item. Sedangkan untuk Adidas Sneakers Camouflage sekitar Rp 1.350.000 (kurs Rp 15.000 per euro) per item.

"Kalau Adidas keluaran September tahun lalu. Kalau Gucci sama Coach backpack nya aku enggak tahu, kayaknya sudah lama, bisa tahun kemarin atau kemarinnya lagi. Soalnya sudah enggak ada di butik barang-barangnya," jelas Bintang.

Terlepas dari benar atau tidak sepatu dan tas yang digunakan kedua penumpas teroris tersebut termasuk barang bermerek, harga-harga barang bermerek memang fantastis.

Thursday, January 14, 2016

Perwira Polair ikut bantu lumpuhkan teroris di Sarinah


Anggota Polair, AKPB Untung Sangaji, menjadi saksi teror mengerikan di Starbucks dan Pospol Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Saat itu, kebetulan dirinya berada di sekitar Sarinah sedang santai ngopi.

"Awalnya saya sedang ngopi sambil tugas di jalur Presiden lalu lalang pulang," terang Untung saat berbincang dengan wartawan, Kamis (14/1) malam.

Saat itu dia bersama beberapa rekannya salah satunya Kombes Pol Urip Widodo. Saat itu posisinya berada di sisi kiri gedung Sarinah.

Lagi asyik menyeruput kopi, terdengar suara dentuman sangat keras. Dia langsung menuju suara ledakan.

Beranjak dari kursi, Untung sudah melihat suasana sekitar Sarinah semrawut. Banyak orang berlarian sambil berteriak. Suasana ketakutan sangat tergambar.

"Saya keluar dari Kedai Walnut kemudian orang-orang pada berlarian menjauh dari ledakan. Saya menuju arah pos lantas ternyata sudah ada 3 jenazah," imbuhnya.

Melihat anggota polantas sudah tergeletak, dia meminta orang-orang terdekat di lokasi membantunya melakukan evakuasi. Saat itu, kembali terdengar ledakan tepat dari depan Starbucks.

"Saya pun mengeluarkan pistol dan mendekat ke arah itu. Saya kemudian melihat pelaku megang senjata dan melempar bom ke bawah mobil Karo Ops Polda Metro Jaya," terangnya.

Bom tersebut meledak. Setelah mobil terhenti, Untung coba melingkari ke arah kiri dan menembak pelaku yang masih memegang beberapa bom.

"Ketika perhatian pelaku ke arah mobil Karo Ops, saya melingkar dari sisi kiri Starbucks kemudian menembak ke arah dada dan kaki pelaku," tuturnya.

"Tiba-tiba bom jatuh dari tangannya kemudian meledak," jelasnya.

Memastikan pelaku sudah tak bernyawa, Untung bersama rekannya Ipda Tamat kembali melepaskan beberapa kali tembakan.

"Dari tangan pelaku yang sudah tak bernyawa, kita menemukan bom ada 4 buah yang siap diledakkan berukuran kira-kira 12 cm material pipa dan 3 lebih kecil," tutup Untung.

Wednesday, January 13, 2016

Empat orang ditangkap polisi saat transaksi ganja


Empat orang ditangkap jajaran Polres Sukoharjo, Jawa Tengah, saat hendak melakukan transaksi ganja di sekitar Tugu Kartasura. Selain empat orang tersangka polisi juga berhasil mengamankan barang bukti berupa ganja seberat 2 kilogram dan 1 gram sabu.

Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai mengatakan, penangkapan keempat tersangka berdasarkan informasi dari masyarakat yang mengatakan akan ada transaksi ganja di Kartasura.

"Mendengar informasi tersebut kami segera mengirimkan petugas dari Satuan Narkoba untuk melakukan tindakan. Dan kami berhasil mengamankan satu tersangka bernama Tri Wahyono, warga Desa Karang Kepuh, Banaran Boyolali," ujar Andy Rabu (13/1).

Dari tangan Tri Wahyono, pihaknya mengamankan satu paket ganja seberat 0,5 kg. Kemudian dari pengembangan polisi berhasil menangkap lima tersangka lainnya. Menurut Andy, dari pengakuan para tersangka, barang haram ini didapatkan dari Medan.

"Mereka mendapatkan ganja dari Medan dengan cara dikirimkan paket melalui jalur darat. Barang tersebut dialamatkan ke Tugu, Kartasura," katanya.

Dari hasil pengecekan, lanjut Andy, sebagian ganja masih dalam bentuk paket satu kilogram dan sebagian lainnya sudah dipotong menjadi paket-paket kecil. Tak berhenti sampai di situ, setelah dilakukan pengembangan, di rumah tersangka yang juga residivis ini ditemukan lagi 0,5 kg ganja beserta buku rekap hasil penjualan serta peralatan lainnya.

"Dari Tri Wahyono, kami kembangkan ke tersangka selanjutnya, HS, ASN dan BSEP. Dari keseluruhan kami mendapatkan ganja seberat 3 kg dan satu paket sabu. Mereka akan kami jerat dengan pasal 112, 111, 114 dan 127 UU 35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman hukuman minimal 7 tahun penjara," pungkasnya.

Monday, January 11, 2016

Asuransi Jiwasraya gembok rumah, Diana dan anak-anaknya tidak bisa keluar rumah


Diana, warga Jakarta Pusat, rumahnya di Jalan Taman Kebon Sirih 3 No. 9, RT 009/010, Kampung Bali, Jakarta Pusat digembok paksa oleh PT Asuransi Jiwasraya. Akibatnya, Diana bersama kedua anaknya tak bisa keluar rumah selama enam hari.

Peristiwa pengembokan ini terjadi akibat permasalahan tanah dan bangunan antara keluarganya dan Jiwasraya. Diana mengungkapkan, secara sepihak perusahaan pelat merah tersebut secara sepihak mengklaim rumah yang ditempati keluarganya sejak 1946.

"Permasalahan berawal dari tanah dan bangunan ex peninggalan Belanda dengan pihak perusahaan BUMN, yaitu PT Asuransi Jiwasraya. Keluarga kami telah menempati persil di Jalan Taman Kebon Sirih III no. 9 secara turun temurun dari kakek kami R Moh Moechsin, sejak Desember 1946 dan membayar sewa bulanan persil ke Kantor Administrasi Belanda yaitu Kantor NV. Administratiekantoor Klaasen & Co Batavia," katanya ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Minggu (10/1) malam.

Sebelum digembok paksa, pada Rabu (6/1) sudah berkumpul polisi dari Polres Jakarta Pusat dan tentara. Sekira pukul 08.00 WIB mereka juga kedatangan sejumlah preman yang kemudian melontarkan kata-kata kasar di depan rumah.

"Mereka loncat pintu pagar depan dan pintu garasi dirantai gembok dari luar. Polisi membiarkan peristiwa tersebut terjadi. Kami ketakutan," bebernya.

Tanpa mengeluarkan pemiliknya, gerombolan tersebut lantas merantai dan menggembok pintu rumahnya. Tak hanya itu, Jiwasraya juga memasang plang bertuliskan 'Tanah Milik PT Asuransi JIWASRAYA (PERSERO) bersertifikat HGB NO: 711/Desa Kp Bali JL Taman Kebon Sirih III No: 9 Luas: 628 Meter persegi DILARANG MASUK TANPA SEIIZIN PEMILIK'.

Plang ini dipasang bersebelahan dengan penanda tanah tersebut tengah disengketakan di PN Jakarta Pusat. Di mana perkaranya terdaftar dengan nomor 612/PDT.G/2015.PN.JKT.PST tertanggal 23 Desember 2015. Puas memasang plang dan menggembok parah rumah, gerombolan tersebut juga menutup rapat-rapat pintu dan jendela rumah dengan kayu.

"Lalu pintu dan jendela kami dipalang,"jelasnya.

Ditutupnya akses masuk dan keluar ini sempat membuat suami Diana cidera, lantaran korban sempat mencoba keluar namun terjatuh.

"Jam 10 pagi, suami saya mencoba keluar rumah melalui atap garasi, namun naas, jatuh, tangan dan kaki patah, teriak-teriak kesakitan, tapi tidak ada yang bisa menolong. Malam harinya baru bisa dikeluarkan oleh bantuan warga, ditandu keluar, disaksikan pak Lurah Kampung Bali, Ketua RW 010 dan Ketua RT 009," ungkapnya.

Sepeninggal suaminya, Diana dan kedua anaknya belum bisa keluar dan beraktivitas seperti biasanya, termasuk mencari lauk untuk makan. Alhasil, dia hanya berharap melalui bantuan para tetangga.

"Makanan kami sehari-hari dibantu warga, melalui ibu RT memberikan lewat tetangga belakang rumah. Caranya pakai bambu panjang terus dijulurkan ke rumah kami lewat belakang,"katanya.

Dian berharap kepada Gubernur DKI Jakarta untuk bisa membatu keluarga agar bisa keluar dari rumah. "Kami berharap Pak Ahok bisa keluarkan kami dari rumah, saya punya anak 2. Satu kelas 1 SD dan TK," tandasnya.

Sunday, January 10, 2016

Wihara Toasebio menjadi saksi bisu etnis Tionghoa


Bangunan tua di Jalan Kemenangan III Glodok Taman Sari Jakarta Barat (dahulu Jalan Toasebio) ini masih kokoh berdiri. Sosok naga gagah menaungi setiap ujung atapnya. Tampak pula sebuah bedug merah berukuran satu meter tergantung di sebelah kanan depan bangunan.

Warna merah menyala hampir menyelimuti seluruh tembok bangunan. Berada sekitar sepuluh meter dari kelokan pertama Kawasan Petak Sembilan, Wihara Dharma Jaya Toasebio merupakan tempat ibadah umat Buddha tertua di wilayah ini.

Toasebio sendiri adalah gabungan dari dua kata yakni Toase yang berarti pesan dan Bio adalah kelenteng. Sehingga dimaksudkan kelenteng ini menghormati pesan yang dibawa dari China. Tidak hanya ajaran Terawada, Terayana juga menjadi satu di tempat ini.

roma asap hio tercium hingga ke sudut ruangan. Doadoa dipanjatkan para pengunjung di setiap altar untuk Dewa Dewi. Terdapat 18 altar di wihara ini dengan masing-masing fungsi yang berbeda. Angka 1 hingga 18 pun telah dituliskan di setiap altar guna mempermudah pengunjung. Tampak seorang pria lanjut usia kembali berdoa dengan khusyu setelah sedikit tertatih berpindah ke altar nomor 8.

Bangunan dengan luas 1.324 meter persegi ini awalnya dimiliki oleh seorang tuan tanah dengan marga Tan, kemudian dihibahkan ke Yayasan Dharma Jaya Toasebio setelah turunan ke empat. Dengan jumlah pengurus 38 orang.

Wihara ini ternyata mempunyai sejarah yang panjang. Melekat di dalamnya tragedi Angke yang merupakan pembantaian kolonial Belanda terhadap etnis Tionghoa dan aksi pembakaran massal pada tahun 1740 silam.

"Wihara ini dulu pernah dibakar Belanda tahun 17-an kemudian dibangun kembali tahun 1751, tertulis juga di prasasti," ujar Hartanto Wijaya salah satu pengurus tertua di wihara baru-baru ini.

Pria dengan perawakan gagah bermata sipit ini juga menggambarkan kengerian saat itu. Cerita tersebut diketahuinya secara turun temurun.

"Etnis Chinese dibunuh di Kali Angke. Etnis Chinese semua kena, dibantai dan dibuang ke kali. Kemudian kali menjadi merah karena banyaknya darah. Banyak (badan) dipotong lalu dibuang, dipotong lalu dibuang."

dengan kedua tangan menyilang seperti memotong, Hartanto menjelaskan kejadian itu. "Alasannya politik. Kurang lebih sama dengan kerusuhan tahun 1998," tambanya.

Menurut catatan Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Pembantaian Massal, 1740 : Tragedi Berdarah Angke, Tragedi tersebut menyebabkan sepuluh 10.000 etnis Tionghoa tewas secara tragis karena pembantaian di luar batas-batas perikemanusian oleh VOC. Warga etnis Tionghoa ditembak, ditusuk, bahkan disembelih baik laki-laki, perempuan, anak-anak, bayi atau perempuan yang sedang menyusui. Seluruh rumah dan pusat perdagangan digeledah dan dibakar.

Lilin merah dari ukuran kecil seperti spidol hingga besar dengan diameter sekitar lima sentimeter menyala hampir di setiap sudut ruangan wihara. Aksara Mandarin juga terlihat mendampingi setiap altar. Ada yang berbeda antara bangunan depan dan belakang wihara terutama di bagian langit-langitnya.

Menurut penuturan Hartanto, ornamen di bagian depan dengan warna merah lebih gelap dari bagian belakang merupakan ornamen asli sejak wihara berdiri. Ukiran kayu melingkar khas Tionghoa di sela lubang tersebut tidak ikut terbakar saat tahun 1740 lalu. Juga empat tiang kayu penyanggah bangunan tengah, masih asli dan tidak pernah diganti.

"Tidak kena bakar, rayap juga tidak suka. Kayu rusak banyak bawahnya keropos. Jadi dicor dan dibuat ornamen naga melingkar," sambil tangannya memegang ornamen badan naga hijau tua yang melingkar.

Dia juga menambahkan ciri yang membedakan wihara yang sudah berumur tua dari letak wihara. Ciri itu antara lain wihara yang berdekatan dengan pasar, sungai atau laut. Hal tersebut dikarenakan etnis Tionghoa yang merapat ke Jakarta melewati sungaisungai dan membuat tempat untuk berdoa.