Tuesday, December 8, 2015
Gadis belia asal Singkawang dibunuh oleh mantan kekasihnya
Dengan amarah membuncah, A Chi turun dari mobil Grandmix birunya sambil menenteng parang hitam pekat sepanjang 70 centimeter. Teriakannya memecahkan keheningan malam minggu (5/12) sekitar pukul 21.30.
“A Chin mana!?” seru A Chi lantang sambil berjalan masuk ke rumah No. 8A, Gang Berkat, Jalan P Natuna, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat.
Ketika masuk rumah, A Chi mendapati Angga Kurniawan alias A Hong, 22 tahun. Kembali dia menanyakan hal sama kepada tuan rumah itu. A Hong menjawab tidak tahu siapa yang bernama A Chin. Alhasil, A Chi pun semakin berang dan menuduh A Hong sengaja menyembunyikan pacarnya.
A Hong sama sekali tidak mengetahui, kalau yang dicari-cari itu tidak lain merupakan pacarnya sendiri, A Chiang, 16 tahun. Dia pelajar yang tinggal di Saliung, Sedau, Singkawang Selatan. Saat itu, ia sedang di kamar bersama ibundanya.
A Chi yang merasa dikibuli langsung mengayunkan parang yang dibawanya ke arah kepala. Refleks, A Hong mengangkat tangan kirinya. Bermaksud menangkis.
Kontan, parang lurus dan bergerigi di bagian belakangnya itu tepat mengenai pergelangan tangan kiri A Hong. Hampir putus, hanya sedikit kulitnya tersisa yang membuat telapak tangannya tidak terjatuh ke lantai.
Darah dari tangan kiri A Hong pun mengalir deras membasahi lantai keramik putih rumahnya. Tetapi dia masih berupaya mempertahankan diri dari serangan A Chi yang membabi-buta.
Lagi-lagi, parang A Chi menetak tangan kanan A Hong. Tak ayal, kelima jarinya putus dan bergelimpangan di lantai. A Hong masih bisa berdiri dan melarikan diri ke arah kamar.
Melihat A Hong dibantai seperti itu, ayahnya Bu Ku, 54 tahun, berupaya menghalau A Chi. Alih-alih berhenti, A Chi malah semakin kalap dan membacok tangan kiri Bu Ku.
Di saat bersamaan, dari dalam kamar muncullah yang dicari-cari, A Chiang (A Chin). Melihat pacarnya yang telah menjadi pacar A Hong itu, A Chi semakin menggila dan mengayunkan parangnya berkali-kali.
Parang A Chi mengenai perut A Chiang hingga ususnya keluar. Belum puas, A Chi kembali mengayunkan parangnya berkali-kali ke pipi kiri dan lutut kiri perempuan yang diklaimnya masih sebagai pacar itu.
A Chiang pun tergeletak di lantai keramik, bersimbah darah. Sementara, A Chi meninggalkan perempuan yang dibacoknya itu, pergi begitu saja. Dia keluar rumah dan meletakkan parangnya yang berlumuran ke dalam mobil Grandmix bernomor polisi KB 8123 CE.
Dia tancap gas, melaju di kegelapan malam dengan mobil yang di belakangnya bertuliskan "landak" itu. A Chi menuju kediamannya di Sijangkung, yang terbilang cukup jauh dari rumah korban.
Menurut Kapolsek Singkawang Barat, Kompol Sunarno, dalam perjalanan pulang, pelaku hampir menabrak pengguna jalan. “Malam itu juga pelaku kita kejar. Kurang lebih 30 personel yang saya pimpin untuk mencari pelaku,” ujarnya.
Polisi hanya menemukan mobil yang dikendarai pelaku di depan rumahnya di Sijangkung. Di dalamnya, terdapat sebilah parang berlumuran darah, kalung, jam tangan, powerbank, serta satu botol kecil racun serangga yang telah kosong. “Pelaku tidak tahu kabur ke mana,” kata Sunarno.
Polisi dibantu abang dan adik pelaku mencari ke sana kemari. Sekitar rumahnya disisir seksama. Tetapi, A Chi tidak kunjung ditemukan. “Penyisiran kita lakukan hingga pukul 02.30,” ungkap Sunarno.
Pencarian terhadap A Chi terus dilakukan hingga berita ini ditulis. Mudah-mudahan pelaku segera ditemukan dalam keadaan hidup, sebab dia diduga menghabisi nyawanya sendiri usai melakukan penganiayaan berat.
“Menurut keterangan pihak keluarga, botol racun serangga yang ditemukan kosong di mobilnya itu, awalnya masih terisi penuh,” ungkap Sunarno.
Motif penganiayaan berat oleh pelaku A Chi diduga lantaran terbakar api cemburu. Tetapi motif itu masih terus didalami polisi. Keterangan saksi terus dikumpulkan. “Tetapi korban belum bisa dimintai keterangan, lantarasan masih dalam kondisi kritis,” terang Sunarno.
Usai dibacok, ketiga korban, A Hong, Bu Ku, dan A Chiang, langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Harapan Bersama (RS Viktor). Korban perempuan yang ususnya keluar (A Chiang) dioperasi malam itu juga. Sementara, yang jarinya putus (A Hong) masuk kamar operasi pukul 03.00.
“Bapaknya yang luka di tangan kirinya (Bu Ku) masih dalam perawatan intensif,” jelas Sunarno.
Beberapa saksi, kata Sunarno, sudah dimintai keterangan. Di antaranya A Tjin, 17 tahun, adik korban yang pingsan di depan televisi melihat pembantaian itu, dan A Tjun alias Man Chow, 50 tahun, warga Gang Samudra, Jalan P Natuna.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment